Categories:

Pemikiran WS-Rendra-3

Lanjutan wawancaran WS-Rendra dengan Peter F Gontha pada tahun 2004

 

Setelah kita dijajah oleh mereka (eropa) , nenek moyang kita tidak dapat belajar tuntas dalam ilmu pengetahuan itu , yang menjajah kita tidak akan meneruskan ilmu-ilmu modern tersebut.
misalnya tidak akan diajarkan ilmu nya Snock Hourgnje

tidak pernah diajarkan ilmu sosiologika , antropologika, etnologika, sampai dengan abad 20 , sampai setelah ada terusan suez , para to the comer pada melihat tanah jajahan
, shock mereka , koq tidak ada industri , lho koq tidak ada pendidikan , setelah itu pemerintah hindia b elanda kalang kabut ,
karena kepentingan nya mempertahankan onderneming (perkebunan)
Indonesia akan jadi perkebunan raya , akan dipertahankan sebagai komoditi export
karena kalau ada industri , maka akan kehilangan buruh perkebunan
industri ditunda-tunda
pendidikan hanya diajarkan sekolah ongko loro
kartini kasih subsidi, dewi sartika kasih subsidi

sekolah yang lebih maju hanya diberikan pada sekolah anak-anak “hamba-hamba” nya yaitu anak-anak bupati, anak-anak amptenar
mereka tidak didik secara mendalam “Humaniora”
misal sastra
misal antropologi , masak akan diajarkan ilmu nya snock hourgnje

untuk memenuhi to the comer , didirikan sekolah tinggi teknologi , sekolah tinggi kedokteran , tanpa lembaga riset
tanpa sekolah tinggi fisika , tanpa sekolah tinggi kimia , tanpa sekolah tinggi matematika ,
akhirnya hanya menjadi sekolah menara gading yang kerja nya membeli teknologi
tanpa bisa menciptakan teknologi

Ini problem kita

tidak ada dialog tuntas tentang teknologi modern dan ilmu pengetahuan modern

setelah Belanda pergi , tidak bikin universitas apa-apa
tuntutan to the comer
to the comer adalah anggota parlemen yang dipilih rakyat belanda
mereka yang mengatakan kenapa di Indonesia tidak ada apa-apa , mereka protes

ada gerakan “ethis” nya
mereka mengatakan harus di didik orang-orang Indonesia

karena itu , Bung karno diadili di Hindia belanda masuk penjara
bung hatta diadili di belanda , bebas
karna di saksikan oleh to the comer

UU kolonial sangat berbeda dengan UU di negeri belanda
UU di negeri belanda adalah uu yang berorientasi pada rakyat
kekuatan rakyat
kekuasaan rakyat
daulat rakyat

UU kolonial , uu Hindia belanda ,
berorientasi pada sentralisme kekuasaan
pada kekuatan kekuasaan gubernur jendral
rakyat tidak ada hak apa-apa
dan berjalan hingga hari ini ,

kita ini kurang berdialog tuntas dengan ilmu pengetahuan

peter gonta : ini semua sejarah , karena itu orang belajar sejarah
orang harus belajar dari sejarah

ilmu sejarah , atau pengetahuan tentang masa lalu
adalah “tata buku” masa lalu
kalau digabungkan dengan “tata buku” masa kini
maka kita punya bahan untuk menyusun rencana masa depan
sehingga masa depan itu bukan hanya gemah ripah loh jinawi
toto tentrem kerto raharjo, yang tidak ada artinya apa apa

jadi ,perencanaan-perencanaan itu seperti tembang saja
kalau tidak berdasarkan “tata buku” masa lalu dan “tata buku” masa kini

sejarah dianggap romantisme ,
kalau kita tidak mengetahui sejarah , kita tidak akan tahu mengapa menjadi seperti ini
kenapa kita kekurangan lembaga riset ,
teknologi tanpa riset , ya tidak ada

peter gonta : problem dengan pendidikan kita

bagaimana kita sudah membangun industri tanpa industri hulu
akan bikin capital goods, kita tidak mempunyai pabrik baja yang benar
pabrik baja yang hanya bisa mengolah besi tua
tidak dapat bikin gotri
tidak dapat bikin sekrup
semua mesin butuh gotri ,

peter; gotri itu apa –> bearings

bagaimana mungkin kita bikin industri
sedang aerodynamics saja kita tidak memahami
walaupun kita kerja di boeing kerja di mercedez
itu tidak akandiajarkan disana , itu riset

metalurgi ,aerodynamics itu hasil riset
kalau pabrik punya itu , tidak akan dibuka, itu rahasia perusahaan

kita ini membangun hanya dengan impian saja
kalau tidak mulai dengan pendidikan di rubah
harus murid diajar menghargai “fakta obyektif”
harus murid diajarkan mengumpulkan “fakta obyektif”
mengkatagorisasikan “fakta obyektif”
harus dimulai dari kelas 3
menghargai “verifikasi”
antara lain , kritik itu kan “verifikasi”
ini tabu untuk bangsa ini

ini diajarkan di kelas 3 SD
misal bagaimana kalau menulis surat harus ada perangko nya
sehingga harus ke kantor pos untuk bertanya
kenapa ,kenapa …
karena assigment utk minggu depan sehingga harus ke kantor pos
tanya=tanya , baru kemudian cerita di muka kelas
harus dari kelas 3 mulai dilatih untuk mengumpulkan “fakta-fakta obyektif”
menarik “kesimpulan” dan “mem verifikasi”

laku “verifikasi”
the act of verification , ini tidak berjalan dalam pendidikan kita
kita hanya disuruh menghafal dan mendengar

the act of verification harus dibudayakan melalui pendidikan
jaman orla jaman orba