Saya, sudah lama dikirimi tulisan tentang Beatles , dari salah satu kawan, mas Bob, kira kira 7 tahun lalu. Entah sudah menjadi buku atau belum file yang dikirim mas Bob tersebut. File tersebut berisi perjalanan group musik ternama The Beatles.Saya akan berbagi ‘file’ tersebut disini , akan tetapi tidak sekaligus ,saya akan cicil menjadi beberapa bagian yang menarik. Bagian yang sekarang saya akan letakkan adalah tentang Brian Epstein. Ditangan dia lah , Beatles lahir. Boleh dikatakan kalau tidak ada Brian Epstein tidak akan ada Beatles, walaupun sebelum ditemukan , Beatles sudah ada. Hanya saja, ditangan seorang Brian Epstein , Beatles menjadi dikenal orang dan kemudian seperti kita ketahui hingga saat ini , masih sulit menggantikan posisi Beatles sebagai legendaris kelompok musik pop.Beatles mulai menurun ‘kejayaan’ nya setelah Brian Epstein wafat. Salah satu yang membuat Brian Epstein ‘bunuh diri’ karena kesombongan anggota Beatles sendiri. Ini menjadi suatu pelajaran bagi kita semua , bahwa ada peran orang lain pada diri kita .-bsd-BRIAN EPSTEIN, PENCETAK THE BEATLESKalau kita membuka lembaran Sejarah musik pop Inggris diawal tahun 60 an, maka kita akan mendapati nama Brian Epstein , seorang tokoh yang telah berhasil mencetak group band terpopuler sepanjang jaman The Beatles. Dia juga dijuluki sebagai Beatles ke lima.
Brian Epstein dilahirkan tanggal 19 September 1934 di daerah miskin Rodney Sreet, Liverpool. Cucu seorang immigran dari Scotland. Brian adalah anak pertama dari Harry dan Quenny Epstein. Adiknya hanya seorang saja bernama CLIVE. Pada usia 4 tahun Brian sudah di sekolahan ke Taman Kanak – kanak.
Ketika perang Dunia II pecah, kota Liverpool tidak luput dari sasaran bom pesawat – pesawat Jerman. Lebih – lebih karena di kota itu terdapat pangkalan Angkatan Laut Sekutu. Di saat yang keruh ini keluarga Epstein pindah ke Soutport dan disana Brian meneruskan sekolahnya. Tetapi agaknya Brian tidak segera bisa menyesuaikan diri dengan tempat baru dan teman – teman serta gurunya. Ia sering ngambek dan tidak mau belajar.
Hingga tahun 1943 ketika dirasa peperangan sudah mulai reda di Liverpool mereka kembali kota kelahiran Brian. Tetapi sayang rumah mereka sudah porak – poranda terkena bom bom Jerman. Akhirnya mereka mendapat tempat tinggal yang baru di Childwall yang terletaknya dipinggiran kota Liverpool. Disini Brian masih juga menunjukan tanda – tanda kesulitan dalam menyesuaikan diri. Oleh karenanya orang tua Brian serta kepala sekolah tempat ia belajar memperhatikan secara khusus. Dalam beberapa hal Brian mendapatkan pelajaran secara privat di rumah. Sebenarnya Brian adalah seorang anak yang cerdas dan mudah memahami sesuatu. Ia adalah seorang type otodidak, yaitu seorang yang belajar sendiri dari apa yang dia lihat di sekelilingnya, disamping itu Brian juga seorang yang pembosan dan tidak suka menekuni sesuatu secara terus – menerus.
Setamat dari SMA Brian membantu usaha orang tuanya dibidang meubel, tetapi ini tidak berlangsung lama karena tiba – tiba ia tertarik pada bidang Pharmasi. Setelah mengikuti kuliah disebuah Fakultas Farmasi selama beberapa waktu Brian bekerja pada sebuah perusahaan obat – obatan di kotanya. Pekerjaannya itu dijalani sampai ia berusia 19 tahun pada usia mana pemuda Inggris terkena wajib militer pada saat itu. Dan Brian Epstein pun menjadi tentara.
MENJADI WIRA SWASTA
Belum sampai 10 bulan Brian menjalani wajib Militer ia melapor keperwiraan kesehatan dibarak bahwa ia tak sanggup lagi meneruskan wajib militernya. Oleh dokter militer ia dibawa ke ahli psychologi dan daripadanya diperoleh keterangan bahwa ternyata Brian Epstein dinyatakan nervous (tidak cukup tabah menghadapi medan perang) sekalipun keadaan phisiknya dan kesehatannya dinyatakan cukup baik. Dan permohonannya untuk mengundurkan diri dikabulkannya.
Brian kembali ke Liverpool dan membuka usaha sebagai pedaagang meubel. Melihat kemauan anaknya ini orang tua Brian merasa senang sekali. Tetapi pekerjaan ini juga tidak lama ditekuni, Brian segera berpindah ke Liverpool Plyhouse, melamar sebagai pemain sandiwara. Agaknya ia cukup mempunyai kemampuan dibidang akting sehingga sempat kebagian peran untuk membawakan peran dengan dialog sebanyak 2 halaman naskah pada sandiwara yangberjudul “CONFIDENTAL CLERK” dan”MACHBETH”. Setelah bosan dipanggungia berminat kembali belajar berdagang. Pda usia 22 tahun atas desakan ayahnya Brian kembali meneruskan usaha meubelnya.
Sementara itu usaha ayahnya sendiri semakin maju dengan pesat. Mereka membuka toko piringan hitam di daerah perkotaan. Kemudian setahun lagi dibuka cabang baru (terjadi ditahun 1959). Dan untuk cabang baru ini Brianlah yang diserahi untuk mengelolanya. Di tokonya ini Brian menjual piringan hitam dari musik pop sampai klasik. Tokonya diberi nama NEMS yang merupakan singkatan dari NORT EAST MUSIC STORE (yang akhirnya nama ini dipakai terus sebagai nama usahanya dalam mengelola Beatles). Dari sinilah Brian mengenaldunia musik pop, dan ternyata ia mempunyai cita rasa yang baik dalam memilih musik. Tidak ada yang tahu sebelumnya bahwa dalam waktu yang relatip singkat dimusim gugur tahun 1962 toko NEMS milik Brian ini telah menempati sebuah ruangan di LIVERPOOL SHOPPING CENTRE dan paling banyak dikunjungi oleh orang di kota ini. Itupun ternyata belum berarti apa – apa kalau dibanding kesuksesan berikutnya yang dicapai oleh Brian bersama Beatles.
BRIAN EPSTEIN MENEMUKAN THE BEATLES
Permulaan kisah karir Brian Epstein dan The Beatles yang hebat itu dimulai pada suatu hari tanggal 28 Oktober 1961. Waktu itu jam 3 sore ketika seorang pemuda memasuki toko Brian. Ia mengenakan jaket kulit dan celana jean denim yang populer dikalangan remaja pada saat itu. Tamu itu menanyakan rekaman lagu “My Bonnie” dari The Beatles, yang dijawabnya tidak ada. Tetapi agar tidak mengecewakan tamunya maka Brian berpura – pura tertarik. Tamu itu mengatakan bahwa group baru itu bermain di Cavern Club.
Sebenarnya Brian tidak begitu memperdulikan bualan tamunya tetapi karena Cavern club dimana Beatles bermain adalah salah saru club langganan Brian maka diluar kemauannya pada suatu hari di bulan Desember 1961 menyaksikan performa The Beatles ketika dia mampir ke Cavern. Dari sinilah awal ketertarikan Brian pada The Beatles dan perkenalannya dengan anggota – anggotanya yang lain. Mengenai pertemuan Brian dengan Beatles ada berbagai versicerita yang sulit diyakini mana yang paling benar. Pada buku “PAPER BACK WRITTER” tulisan Mark Shipper dikisahkan pertemuan mereka sebagai pertemuan tidak disengaja yang lucu. Kisahnya begini :
Disamping mengelola toko piringan hitam milik ayahnya, Brian yang pembosan ini juga bekerja sebagai ahli membetulkan saluran ledeng. Itu dilakukan setelah tokonya ditutup pada petang hari. Pada suatu hari Brian mendapat panggilan dari salah seorang langganannya yang kebetulan pipa leidengnya macet. Langganan itu adalah pemilik Cavern. Karena sudah biasa memperbaiki di sana, maka Brian langsung menuju ke tempat yang macet tersebut, kebetulan dibagian W.C wanita. Ketika Brian masuk ketempat itu dia mendapati banyak sekali gadis – gadis yang sedang bersembunyi- sembunyi mengisap ganja, ada yang menyuntikan morphine. Melihat Brian yang masuk secara tiba – tiba dengan mengenakan pakaian kerja, gadis – gadis yang lagi stone itu mengira Brian adalah seorang Polisi.
– “ Polisiii !!! “ teriak salah seorang gadis itu yang segera membuat teman-temannya yang lain menjadi panik. Mereka mencoba melarikan diri. Tetapi satu – satunya pintu keluar adalah dibelakang Brian. Salah seorang gadis dengan nekat menghunus belati dan bersiap hendak menikam Brian. Brian sendiri menajdi amat terkejut dan takut. Ia segera melarikan diri mencari tempat persembunyian karena mengira gadis – gadis itu mengejarnya terus. Brian melihat sebuah pintu didekat situ, dengan cepat ia masuk kesana dan menutupnya. Sialnya pintu itu terkunci dengan sendirinya sedang jalan tembus kesana menuju kepanggung show. Rupanya ia telah masuk ke kamar ganti para pemain.
Sambil berpikir – pikir bagaimana cara ia keluar, Brian menikmati permainan musik group yang sedang menghibur tamu. “bagus juga group ini” pikir Brian. Tak lama kemudian group yang tak lain adalah The Beatles itu selesai bermain dan masuk kekamar ganti. Mereka mentertawakan Brian dengan pakaian tukang leideng yang terkunci disitu. Dari sinilah mereka saling mengenal. Brian memuji permainan The Beatles dan menanyakan apakah mereka sudah mempunyai seorang manager. John menjawab, “Apa gunanya memiliki seorang manager kalau itu hanya berarti harus menyisihkan sebagaian pendapatan mereka untuk menggaji sang manager”. Kemuadia Brian bercerita bahwa ia banyak mempunyai kenalan orang – orang yang bergerak dibidang pengelolaan artis, dan juga bercerita bagaimana bintang – bintang terkenal bisa memperoleh kesuksesan. Menerangkan betapa pentingnya fungsi seorang manager bagi sebuah group yang ingin berkembang sebagai sebuah group band proffesional. Malam itu mereka terus ngobrol dan minum kopi bersama serta membuat janji untuk bertemu pada minggu berikutnya di kantor Brian. Sedangkan kejadian selanjutnya seperti yang telah kami tuturkan pada bab terdahulu.
MERSEY SOUND MELANDA INGGRIS
Semenjak Brian diangkat menjadi manager The Beatles ia berfikir inilah Profesi yang amat menyenangkan baginya. Belum pernah ia memiliki semangat dan harapan begitu meyakinkan seperti saat itu. Lebih – lebih ketika single pertama The Beatles “LOVE ME DO” berhasil sukses yang menggembirakan maka dicobanya untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak . Brian berfikir bahwa jenis musik seperti inilah yang rupanya amat digemari orang. Maka diajaknya seorang penulis lagu yang bernama Martin Rose untuk menulis beberapa lagu yang iramanya mirip- mirip LOVE ME DO, dan lagu – lagu itu disodorkannya pada rock’n roll lokal yang lain, seperti GARRY AND THE PEACH MAKER, BILLY KRAMMER AND THE DAKOTA’S, MERSEY BEAT dll. Sebagai hasilnya memang tidak mengecewakan. Bisnis musik di Inggris diramaikan oleh lagu – lagu yang sewarna dengan LOVE ME DO dari group – group yang tersebut diatas. Dan demam musik ini sempat dinamai sebagai Mersey Sound yang biang keladinya tak lain adalah The Beatles. Mersey Sound ini berkembang seiring dengan perkembangan musik Beatles sendiri yang akhirnya dunia luar lebih mengenalnya dengan LIVERPOOL SOUND. Ini hasil ulah Brian Epstein juga agaknya.
Dalam waktu yang tak terlalu lama Brian Epstein segera menjadi orang penting yang menangani bisnis besar, transaksi – transaksi, kontrak – kontrak rekaman, tour show dan bahkan menangani pembuatan film – film The Beatles. Semua kegiatannya ini dilakukan dibawah perusahaan pribadinya yang bernama NEMS INTERPRISES.
KEMATIAN YANG TRAGIS
Bagi Brian Epstein yang pada masa mudanya mengalami masa keterombang – ambingan dalam mencari karir yang ditekuninya dalam hidup, maka ketika dia mendapati keayikannya dalam dunia musik semenjak mengelola Toko Noems milik ayahnya terlebih ketika dia merasa berhasil memimpin The Beatles sebagai group musik yang memperoleh sukses luar biasa, maka tak mengherankan kalau dia menganggap Beatles adalah segala – galanya bagi hidup Brian. Disini ia merasa bahwa dirinya berguna dan mampu berbuat sesuatu yang benar, dan untuk itu ia bersedia mencurahkan segala tenaga dan kepandaiannya untuk memimpin group asuhannya. Bertolak dari kebanggaan dan rasa kepercayaan pada dirinya sendiri maka Brian bisa menampilkan dirinya sebagai orang yang sukses, bijaksana dan berakal cemerlang.
Seandainya ada seorang psychiater yang mendampingi kehidupan Brian disaat-saat kejayaannya mungkin ia sudah akan menduga apa yang selanjutnya terjadi pada diri orang penting ini. Kerjasamanya dengan John dan kawan – kawan sebenarnya sudah mencapai titik kulminasi pada keserasian berfikir serta rasa saling mengandalkan ketika perkembangan keadaan yang tidak diperhitungkan terjadi.
Selama ini John, Paul, George dan ringgo senantiasa berdisiplin menurut jadwal serta instruksi yang dibuat oleh Brian sebagaimana yang dilakukan mereka sejak semula. Tetapi keberhasilan yang bertubi – tubi, uang yang datang secara melimpah serta kebosanan hidup sebagai orang terkenal yang jarang bisa menikmati kehidupan pribadi membuat John, Paul dan George terlibat dalam kebiasaan bernarkotik. Bahkan kebiasaan ini telah dilakukan secara terang-terangan disaat mereka tengah dalam pembuatan album SGT. PEEPER. Disusul pecahnya perhatian person Beatle ketika mereka mulai tertarik pada ilmu magis dunia timur dengan berguru pada Maharishi Yogi. Ini membuat rasa disiplin dalam diri person – person Beatle terhadap kepemimpinan Brian mulai meluntur. Mereka mulai ogah – ogahan untuk tampil dipanggung show. Dan celakanya Brian mulai menyadari bahwa John dan kawan – kawan semakin pandai dalam teknik rekaman dan mengatur diri sehingga secara tiba – tiba Brian merasa dirinya jadi kecil dan tidak berguna. Anak- anak asuhannya terasa jauh lebih pandai dan tidak lagi memerlukan dirinya. Semua ini menghimpit perasaan dan sekaligus menghancurkan rasa kepercayaan dan kebanggaan terhadap dirinya sendiri yang berhasil diperolehnya dalambeberapa tahun terakhir ini. Penderitaan psychologis semacam ini memang sering menimbulkan akibat yang fatal. Demikian juga bagi Brian yang pendiam ini.
Tak ada seorangpun yang merasa ada keanehan dibalik sikap Brian ketika dia mengumpulkan teman – teman lamanya untuk berakhir pekan dalam acara August Bank Holliday yang berlangsung di Sussex. Dan juga tidak pernah ada yang menduga ketika itu bahwa beberapa saat lagi tokoh yang dihormati segenap rekan nya ini akan memutuskan mati bunuh diri. Baru ketika hari Senin seusai mereka menikmati liburan akhir pekan mereka terdengar kabar bahwa Brian ditemukan telah meninggal dunia didalam kamar apartemennya. Sebab – sebab kematiannya diumumkan sebagai kecelakaan dalam pemakaian obat – obatan yang terlampau banyak.
Dunia bisnis musik pop merasa kehilangan salah seorang tokoh yang telah turut mengubah jalannya sejarah musik pop di Inggris. The beatles sendiri segera mengambil keputusan untuk mencabut hubungan dengan Nems Interprises karena hanya Brian sajalh yang patut mereka turut dan percaya. Bagi The Beatles sendiri kematian Brian ini merupakan suatu kecelakaan yang tak segera disadari. Bagi kebanyakan orang yang melihat sepintas mungkin akan berkomentar “oh dia (Brian) tidaklah berbuat terlalu banyak pada The Beatles”. Tetapi kalau mereka mengamati perkembangan The Beatles semenjak ia meninggal mungkin akan membuat heran. Banyak orang yang akhirnya sependapat untuk mengatakan bahwa Brian Epsteinlah yang sebenarnya telah mencetak The Beatles. aatau kalau tidak : Sebenarnya bukan Brian yang membuat The Beatles, tetapi ia telah berbuat begitu banyak, berbuat sesuatu yang paling benar pada The Beatles melebihi apa yang pernah ia perbuat pada dirinya sendiri.