Perang Kemerdekaan I dan II mempunyai arti yang sangat besar bagi bangsa Indonesia. Pada saat itu, dimana Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya pada tangga 17 Agustus 1945 ternyata Belanda ingin kembali merebut Hindia Belanda (Indonesia) setelah tahun 1942 mereka (Belanda) terpaksa hengkang dari Indonesia karena agresi Jepang. Sebenarnya tidak banyak literatur yang ditulis tentang perang kemerdekaan I dan II (1945-1949). Ini berbeda sekali dengan kajian kajian tentang perang dunia II (1941-1945) dimana hingga saat ini ta’ henti hentinya kajian tentang perang dunia tersebut terus dibahas dari berbagai sudut.
Sebenarnya , ada beberapa literatur yang merupakan bukti sejarah yang sangat membantu menjadikan referensi bagi generasi muda pasca 1950 , yaitu dua buah buku yang ditulis oleh Alm Jend (Purn) Dr A.H. Nasution, yaitu seputar perang kemerdekaan Indonesia 1-11 dan Pokok Pokok Gerilya (dan Pertahanan Republik Indonesia di masa lalu dan yang akan datang).
Bagi saya pribadi , yang menarik adalah buku Pokok pokok Gerilya, karena banyak penulis militer dan ahli strategi mensejajarkan nama Nasution dengan Mao Tse Tung, Grivas , Vo Nguen Giap , Roger Triniqueir dan Che Guevara.
Bagi penulis militer terkenal bangsa Amerika , Otto Heilbrun, yang menarik perhatiannya pula ialah apa yang ditulis Nasution tentang anti-gerilya. Dalam kata pengantarnya untuk terbitan Inggris buku ini (Fundamentals of Guerilla Warfare, Preagerm N.Y.,1961), Heilbrun mengatakan antara lain :
” Nasution is the only guerilla leader who also has practical experience in counterinsurgency operations, many which were carried out after indepence had been granted” and ” we should pay attention to Nasution’s concept of the science of war, a topic that he raises three times in his book. The science of war , he says, not only consist of the knowledge of tactics, strategy, and logistics, but also embraces science, propaganda,economics, and sociology. It embraces, in fact, all facets of the art of turning the population agains the enemy”
Menurut kabar, buku ini masih tetap menjadi bahan acuan untuk pendidikan gerilya dan antigerilya di west point (“AKABRI” nya Amerika) .
Kalau dilihat dari isi buku ini , sebenarnya masih sangat layak untuk dikembangkan terus konsep dari pokok pokok gerilya dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Sayang , buku ini hanya menjadi bagian sejarah saja ,padahal diakui atau tidak perang gerilya I dan II tidak kalah dahsyatnya dengan perang dunia II dari sisi strategy militer, ekonomi ,budaya, dan politik. TNI saat ini lebih banyak mengambil konsep konsep ‘perang modern’ dibandingkan mengembangkan terus konsep ‘warisan’ pendahulunya. Tidak heran , TNI tidak kuat dan citra nya sudah jauh meluntur dibandingkan dengan kondisi pada saat perang kemerdekaan I dan II.
Berikut ini saya sarikan isi pokok pokok gerilya, dilain waktu saya ingin membahas pengembangan pokok pokok gerilya ini untuk kondisi Indonesia saat ini (2005) dan di masa mendatang dikaitkan segala aspek berbangsa dan bernegara Indonesia.
Pokok Pokok Gerilya
Peperangan Abad ini adalah perang rakyat semesta
Perang Gerilya adalah Perang sikecil/silemah melawan sibesa/sikuat
Perang Gerilya tidak dapat secara sendiri membawa kemenangan terakhir, perang gerilya hanya untuk memeras darah musuh, Kemenangan terakhir hanyalah dapat dengan tentara yg teratur dalam perang biasa, karena hanya tentara demikianlah yang dapat melakukan offensif yg dapat menaklukkan musuh
Perang Gerilya biasanya adalah perang ideologi. Perang Gerilya adalah perang rakyat semesta
Akan tetapi Perang gerilya tidak berarti bahwa seluruh rakyat bertempur
perang gerilya adalah adalah perang rakyat semesta, perang militer, politik, sosial-ekonomi dan psikologis
Perang Gerilya tidak boleh sembarang Gerilyaisme
Gerilya berpangkalan dalam rakyat. Rakyat membantu merawat dan menyembunyikan gerilya, serta menyidik untuk keperluannya
Gudang Senjata gerilya adalah gudang senjata musuh
Menyimpulkan strategi dan taktik gerilya
Tentara regulerlah yg dapat membawa keputusan hasil perang
Gerilya hanya :
Mengikat dan melelahkannya
Memeras darah keringat urat syarafnya dimana saja dia berada
Siasat gerilya adalah mengikat musuh sebanyak mungkin, melelahkan , memeras daran dan keringantnya sebanyak mungkin
Gerilya adalah : muncul-menghilang, mondar mandir dimana mana, sehingga bagi musuh, dia tiada dapat dicari dimanapun , tapi dapat dirasakan menggempur dimana mana
Siasat Gerilya ; untuk memaksa musuh tersebar-sebar kemana mana menjadi immobil sebanyak banyaknya dan terpaksa mengadakan stelsel perbentengan yg tetap
Salah kalau organisasi pemerintah gerilya bersifat statis
Syarat Pokok perang gerilya ialah rakyat yang membantu, ruangan geografis yg cukup dan adanya perang yg lama
Perlu rakyat yg
Kuat batinnya
Kuat ideologinya
Kuat semangat kemerdekaannya
Kuat semangat perjuangannya
Tabah menderita kesengsaraan perjuangan
Perang rakyat yg total memerlukan pimpinan yg total pula, dan bukan saja pada puncak nasional melainkan juga pada daerah daerah gerilya terbawah
Siasat perang total
Militer
Politik
Ekonomis
Psikologis
Sosial
Perang anti gerilya harus menuju kepada memisah gerilya dari rakyat pangkalannya, dan karena itu lebih harus mengutamakan gerakan politik, psikologis dan ekonomis. Gerilya harus dilawan dengan senjata-senjatanya sendiri, kegiatan offensif,kemampuan yg mobil dan fleksibel
Sari sari pengalaman Gerilya “tentara pembebasan Rakyat Tiongkok”
Wujud perang sikecil melawan si besar
Gerilya dan Perang kita yg akan datang
Sediakan payung sebelum hujan
Buat 10 tahun atau lebih , gerilya adalah pokok dalam pertahanan Kita
Masa sekarang dan tahun tahun yg akan datang kita masih tetap dalam alam anti-gerilya
Gerilya berakar dari rakyat, anti gerilyanya haruslah pertama tama menghilangkan akar akar itu dari dalam rakyat
Bagaimana si anti gerilya dapat menawan hati rakyat kembali ?
bagaimana ia dapat menumbuhkan kepercayaan dan simpati kembali ?
bagaimana si anti gerilya dapat menimbulkan ideologi yg lebih tinggi lagi ?
Perang gerilya kita yg lalu dalam arti militer masih tahap yg pertama
Kita harus selekas mungkin membangun tentara reguler yg sebenarnya
Mao tse tung ” Dalam strategi kita satu lawan sepuluh, tapi dalam taktik sepuluh lawan satu ”
Walaupun kita lebih kecil dari musuh, namun kita mencari sasaran sasaran dimana kita dengan konsentrasi sementara memperoleh kelebihan yg mampu menghancurkan bagian musuh yg kecil dan terputus.
Organisasi dan pendidikan buat perang gerilya yg akan datang
Tiga lapisan
Perlawanan tentara
Perlawanan partisan (gerilya rakyat)
Pertahanan rakyat sipil
Pimpinan dan pembangunan gerilya harus regional (sifat “wehrkreise”
Tentara gerilya adalah pelopor perang ideologi yg biasanya ideologi politik
Sistem tentara rakyat dan gerilya
Penyelesaian keamanan dalam negeri adalah tugas tentara nomor satu buat tahun-tahun pertama