Berikut ini adalah tulisan tentang Internet economy value yang pernah ditulis di harian Kompas ,kira kira 5 tahun yang lalu, tepatnya 7 April 2003. Internet adalah tools untuk komunikasi yang murah, handal dan sangat personalisasi/setiap orang mempunyai alamat sendiri. Dengan kondisi Indonesia saat ini dan 7 tahun lalu ,seharusnya Internet menjadi tools untuk kebangkitan ekonomi Indonesia, menjadi profit center bukan menjadi cost center semata. Tulisan Internet Economy Value ini akan saya kembangkan terus dan terkait dengan riset riset yang akan dilakukan oleh CNRG-ITB baik kaitannya dengan pengembangan network layer 1, layer 2 , layer 3/4 dan layer 5 (aplikasi).
Terima kasih
-bsd-
———————————————————————————————————
Internet Economy Value
Perang Yang terjadi di Irak antara koalisi pimpinan Amerika Serikat telah berlangsung lebih dari seminggu. Pada perkiraan awal, perang ini diharapkan tidak berlangsung lama akan tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan sebaliknya. Perang yang berlarut larut tentu saja akan mempengaruhi ekonomi dunia secara keseluruhan walaupun yang terlibat secara langsung hanya beberapa negara saja. Dampak perang ini terlihat dari mulai melemahnya indeks saham di bursa bursa saham dunia. Juga terlihat mulai melemahnya mata uang Dollar secara umum terhadap mata uang lainnya.
Penggunaan teknologi canggih yang dibangga banggakan oleh Amerika ternyata tidak dapat menyelesaikan perang dengan cepat. Terjadi banyak ketidak akuratan mulai dari sistem navigasi , telekomunikasi dan salah koordinasi diantara tentara Amerika sendiri,
Dampak perang ini harus segera di antisipasi oleh masyarakat Indonesia terutama masyarakat per IT an di Indonesia. Dampak yang dapat terjadi selain pada aspek politis dan geo politik juga akan menuju ke arah aspek ekonomi secara makro. Dampak ekonomi secara makro akan juga mempengaruhi banyak sektor sektor mikro termasuk sektor Teknologi Informasi (IT). Momen perang Irak – AS ini juga dapat digunakan untuk membangkitkan semangat swadesi untuk IT , karena sampai saat ini masyarakat per IT di Indonesia lebih banyak membeli produk produk jadi terutama dari Amerika dibandingkan membangun sendiri sistem yang cocok bagi masyarakat Indonesia.
Secara umum, pada saat ini IT masih menjadi barang “mahal” dan “mewah” bagi bangsa Indonesia. Konotasi IT yang ada saat ini adalah Internet. Internet di Indonesia secara umum masih menjadi “cost center” dan belum menjadi “profit center”. Sebagai contoh tidak kurang belanja bandwidth ISP ISP di Indonesia saat ini tidak kurang dari 500 Mbps. Hampir 90 % saluran tersebut (bandwidth) masih digunakan untuk mengakses content content di luar negeri semisal untuk berita seperti ke http://www.cnn.com; atau ke situs http://www.yahoo.com; dan site site lainnya yang letaknya di luar Indonesia. Harga sewa bandwidth per Mbps nya berkisar antara $ 4,500 sampai $ 5,000 per bulan. Praktis bandwidth yang kita (Indonesia) beli dengan harga mahal ke negara asal Internet (Amerika) digunakan untuk mengakses informasi (content) yang berada di Amerika sehingga secara umum Internet di Indonesia masih belum menguntungkan untuk bangsa Indonesia (dari sisi ekonomi). Internet di Indonesia pada saat ini masih lebih banyak digunakan sebagai media hiburan dibandingkan dengan sebagai alat produksi.Traffic Internet lebih banyak keluar Indonesia sehingga menyebabkan belanja bandwidth ke Internet (Amerika) tinggi.
Faktor faktor yang cukup dominan yang membuat masih mahalnya Internet di Indonesia antara lain penetrasi telepon yang rendah , tidak meratanya distribusi jaringan akses (kabel/serat optik) , dan mahalnya sewa bandwidth ke Internet . Selain itu , pengguna Internet di Indonesia kebanyakan adalah dari kalangan kelas sosial menengah keatas dan pola yang penggunaanya lebih banyak untuk keperluan keperluan konsumtif. Faktor yang tidak kalau pentingnya adalah pembelian dan penjualan barang barang IT, dimana semua transaksinya menggunakan mata uang Dollar. Apabila Dollar menguat terhadap Rupiah , maka akan dapat dipastikan semakin mahalnya barang barang IT tersebut. Sebagai contoh , ISP atau Warnet membeli bandwidth setiap bulannya dan transaksinya menggunakan mata uang Dollar. Sedangkan pendapatan ISP atau Warnet semuanya diterima dalam bentuk Rupiah. Selisih antara Dollar dan Rupiah yang tinggi akan makin membuat IT di Indonesia tidak berkembang dan dapat dipastikan akan mengalami stagnasi.
Jika dilihat dari faktor faktor diatas maka terlihat bahwa Internet masih menjadi “cost center” bagi masyarakat per IT an di Indonesia secara umum. Bagaimanapun juga , teknologi adalah suatu alat bantu yang dapat membuat kualitas hidup manusia menjadi lebih baik dan juga alat untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Seharusnya suatu investasi dibidang teknologi Informasi akan dapat meningkatkan effisiensi suatu perusahaan atau entiti (bisnis, pendidikan dll) yang efeknya akan mendapatkan keutungan (profit) , bukan sebaliknya menjadi “Cost Center”. Untuk itu perlu suatu pemikiran banyak kalangan yang terlibat di dalam pengembangan Teknologi Informasi di Indonesia , yaitu untuk membuat suatu model yang membuat Internet atau teknologi Informasi dari “Cost Center” menjadi “Profit Center”
Salah satu model yang hendak dikembangkan adalah “ Internet Economy Value” . Visi ini diharapkan dapat mengubah paradigma Internet sebagai “Cost Center” menjadi “Profit Center” . Pada prinsipnya akan terjadi nilai ekonomis dari Internet jika terjadi kurva yang seimbang antara supply( penuhan kebutuhan) dan demand(permintaan ) melalui dua buah faktor besar yaitu total Jumlah subscriber dan Total jumlah traffic. Makin tinggi jumlah subscriber atau pengguna Internet dan makin tinggi traffic( aliran) Internet akan semakin besar pula nilai ekonomis Internet di Indonesia. Tentu saja traffic yang tinggi tersebut adalah pertukaran aliran informasi di dalam Indonesia (80 %) dan keluar Indonesia (20 %). Untuk menghasilkan jumlah subscriber(pengguna) yang besar maka terdapat 3 faktor yang menunjang yaitu perangkat keras yang digunakan pengguna (end user device) seperti komputer atau Handphone/GSM/PDA ,jaringan akses atau local link seperti saluran telepon dan jaringan tulang punggung (backbone) yang terhubung ke Internet khususnya di Indonesia . Sedangkan untuk menghasilkan jumlah traffic (aliran) Internet yang tinggi dan mempunyai nilai ekonomis maka setidak tidaknya di identifikasi ada 3 faktor juga yang sangat berperan yaitu : Aplikasi (application) yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat , pusat pusat data (data centers) yang berfungsi sebagai penampung seluruh informasi atau data yang dibutuhkan dan Interkoneksi (Inter connectivity) antar jaringan akses dan jaringan tulang punggung (backbone). Traffic yang dimaksud adalah traffic dari dan ke Indonesia.
Pada saat ini jumlah subscriber (pengguna) Internet di Indonesia diperkirakan tidak lebih dari 3 juta pengguna. Sebagian besar pengguna menggunakan Internet dari warnet atau dari kantor kantor. Setidak tidaknya ada lebih dari 3000 warnet yang tersebar di seluruh Nusantara.. Semakin banyak jumlah orang yang akses ke Internet (network) dan semakin besar transaksi yang terjadi diantara para pengguna , maka nilai ekonomis Internet di Indonesia akan semakin tinggi. Fokus pengembangan end user device harus diarahkan pada upaya untuk menyediakan perangkat yang cocok dan murah untuk ukuran masyarakat Indonesia. Sementara itu fokus pengembangan jaringan akses (local link) harus diarahkan pada upaya untuk memperluas jalur distribusi sehingga menjangkau kalangan yang lebih luas. Upaya pengembangan jaringan akses (telekomunikasi) ini sebaiknya di arahkan untuk dapat mencari teknologi masal yang murah dan reliable , selain itu teknologi akses ini harus dapat di gelar (deploy) secara mandiri sehingga mengurangi ketergantungan pada satu pihak. Sedangkan pengembangan jaringan tulang punggung (backbone) diarahkan untuk menghindari ketergantungan terhadap satu vendor tertentu serta monopoli dinama obyektifnya adalah untuk menurunkan harga jaringan tulang punggung (backbone) yang menghubungkan seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah wilayah terpencil (rural areas).
Fase lain yang mempengaruhi jumlah traffic yang tinggi ada 3 yaitu aplikasi , pusat data, dan interkonektivas. Faktor yang sangat menentukan adalah fase aplikasi. Faktor ini penting karena untuk meningkatkan nilai tambah (value-added) Internet terhadap pengguna (end-user),memberikan manfaat dan kegunaan bagi masyarakat dan untuk meningkatkan trafik. Selain itu, aplikasi harus dapat di deploy secara massal untuk menekan ongkos produksi. Hal mendasar yang harus dilakukan adalah mencari aplikasi yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dan mencari teknologi termurah yang dapat digunakan untuk aplikasi tersebut. Aplikasi aplikasi Internet yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia antara lain e-mail, mailing list, web dan chatting( messanger). Penelitian sebaiknya mengarah pada aplikasi aplikasi apa yang paling cocok untuk masyarakat Indonesia berdasarkan karakteristik demografis, geografis dan sifat sifat budaya setempat (ingat , Indonesia terdiri dari ratusan suku). Sebagai contoh , fenomena SMS (Short Messages System) pada teknologi GSM yang hanya terjadi di negara negara Asia terutama Cina , Filipina dan Indonesia. Di negara asal teknologi ini (Eropa) , sms tidak berkembang atau tidak banyak digunakan orang dan justru di Asia SMS ini berkembang. Contoh lain , penggunaan mailing list di Internet terutama (@yahoogroups.com) yang berkembang justru diluar Amerika sendiri. Tidak kurang dari 9000 mailing list yang penggunanya berasal dari Indonesia di server yahoogroups.com. Harus terus dicari aplikasi aplikasi Internet yang cocok dikembangkan di Indonesia dan yang bisa melakukannya adalah orang Indonesia sendiri.
Setelah banyak aplikasi dikembangkan maka akan dibutuhkan pusat pusat data (data center) yang tidak hanya terpusat pada satu tempat dan pola penyebarannya harus di distribusikan. Mengapa diperlukan pusat pusat data ?. Karena ketersediaan data yang akurasinya tinggi adalah faktor yang meningkatkan kegunaan Internet. Sampai saat ini , untuk mencari data data yang yang berkaitan dengan perkembangan Internet di Indonesia masih merupakan hal yang sulit, padahal kebutuhan di masa mendatang (dan saat ini) terhadap ketersediaan data dan keakuratan data sangat diperlukan oleh publik. Arahan untuk pengembangan pusat pusat data ini adalah mencari teknologi termurah untuk mengumpulkan , mengelola pusat data publik dan mengurangi ketergantungan terhadap Pusat Data di luar negeri (Internet) sehingga akan dapat memperkecil traffic ke luar Indonesia.
Semakin banyak pengguna dengan berbagai macam teknologi akses ke jaringan /Internet ,semakin tinggi penggunaan aplikasi yang dipergunakan , dan semakin banyak pusat pusat data publik terbentuk maka akan menimbulkan masalah di interkonektivitas antara satu ‘network dan ‘network’ lainnya. Oleh sebab pengguna , aplikasi , dan pusat pusat data publik harus diarahkan untuk dapat saling interkoneksi diantara satu dan lainnya. Untuk itu penggunaan teknologi harus juga diarahkan ke kemudahan interkoneksi antar sautu “entitas” dimana maksudnya adalah mempermudah user untuk mengakses jaringan yang saling berdekatan secara langsung sehingga meratakan distribusi traffic. Dengan meratakan distribusi traffic akan dapat menekan biaya biaya produksi dan membuat harga produk produk IT menjadi lebih kompetitif dimana efek yang diharapkan adalah meningkatnya penggunaan traffic Internet di Indonesia (dari dan ke dalam Indonesia).
Semangat untuk memperluas manfaat IT bagi masyarakat Indonesia harus terus digalakkan dan dengan arah yang tepat. Misi utamanya adalah untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat Indonesia dengan teknologi Informasi