Individualisme dan Tata Ekonomik
Situasinya, namun, berbeda dalam hal rencana-rencana yang ditetapkan secara simultan namun independen oleh sejumlah orang. Dalam kasus pertama, agar supaya setiap rencana itu bisa dijalani, adalah perlu bagi mereka untuk mendasarkannya pada ekspektasi pada rangkaian (set) kejadian-kejadian eksternal (external events) yang sama, karena, jika orang-orang berlainan telah mendasarkan rencana-rencana mereka pada ekspektasi-ekspektasi yang bertentangan atau berkonflik, tidak ada rangkaian kejadian eksternal yang bisa membuat eksekusi dari semua rencana-rencana ini menjadi mungkin (possible). Dan, kasus kedua, di dalam sebuah masyarakat berbasis pada pertukaran (exchange) rencana-rencana mereka harus, sampai suatu tingkat yang bermakna, menyediakan tindakan-tindakan yang membutuhkan tindakan-tindakan sepadan (corresponding actions) dari individu-individu, pihak yang lainnya. Ini artinya bahwa rencana-rencana dari individu-individu berbeda harus, dalam arti tertentu, compatible, ini bahkan jika untuk sekedar menjadi bisa masuk akal bahwa mereka akan bisa melaksanakan semuanya[4]. Atau, untuk menyatakannya dalam kalimat lain, karena beberapa dari data, pada apa seseorang tertentu akan mendasarkan rencana-rencananya, akan menjadi ekspektasi dalam diri orang lainnya untuk bertindak dalam suatu cara tertentu, adalah mendasar bahwa mestinya ada kompatibilitas dari rencana-rencana berbeda-beda, bahwa harusnya rencana-rencana seseorang mengandung tindakan-tindakan yang tertentu – exactly those actions – yang mewujud menjadi data di dalam rencana-rencana orang yang lain.
Bagian dari kesulitan ini dalam perlakuan tradisional tentang analisis equilibrium tampaknya telah dihindari dengan mengasumsikan bahwa data, di dalam bentuk demand schedules merepresentasikan selera-selera individual dan fakta-fakta teknis, semuanya given sama-rata pada setiap individu dan bahwa tindakan-tindakan mereka di atas premis-premis yang sama akan sedemikian rupa membawa rencana-rencana mereka menjadi beradaptasi satu sama lain. Bahwa ini tidaklah benar-benar mengatasi kesulitan dibawa oleh fakta bahwa tindakan seseorang adalah data untuk orang lain, dan ini sampai suatu tingkat tertentu, memunculkan penalaran melingkar (circular reasoning), telah sering dibicarakan. Namun, apa yang jelas sejauh ini luput dari perhatian adalah bahwa keseluruhan prosedur ini melibatkan sebuah kerancuan sesuatu karakter yang jauh lebih luas, di mana point yang baru disampaikan adalah sekedar sebuah kasus khusus, yaitu yang disebabkan dari sebuah penggunaan mendua (equivocation) dari istilah “datum”[sebuah fakta diketahui atau diasumsikan yang digunakan sebagai basis untuk sebuah teori, konklusi atau inferensi]. Data yang di sini seharusnya adalah fakta-fakta objektif dan sama bagi semua orang nyatanya tidak lagi hal yang sama pada data yang membentuk titik mulai bagi transformasi-transformasi tautologis dari the Pure Logic of Choice. Di sana “data” dimaksudkan fakta-fakta tertentu, dan hanya fakta-fakta tertentu (those facts, and only those facts), yang sudah ada dalam pikiran person yang bertindak, dan hanya interpretasi subjektif dari term “datum” ini yang membuat proposisi-proposisi itu tak bisa tidak, adalah kebenaran-kebenaran. “Datum” artinya given, ada pada pikiran person yang dibicarakan. Tetapi dalam transisi dari analisis tindakan individu (seseorang) ke analisis situasi dalam suatu masyarakat (orang-orang) konsep ini telah menjalani sebuah perubahan makna yang menyesatkan.