Categories:

Loedroek Engineering 25 th

Dalam rangka 25 tahun Loedroek ITB , maka tulisan tentang Loedroek ITB akan dimunculkan kembali
SEKILAS KESENIAN LOEDROEK DI INDONESIA

Loedroek Engineering 25 thIni tulisan yang pernah dibuat oleh Cak Sentot EP (TL’83) sekitar 8tahun lalu (2000)
Soal Loedroek ITB dan kaitannya Loedroek ITB dengan kesenian ludruk di Indonesia

SEKILAS KESENIAN LOEDROEK DI INDONESIA

Pada tahun 1994 , group ludruk keliling tinggal 14 group saja. Mereka main di desa desa yang belum mempunyai listrik dengan tarif Rp 350. Group ini didukung oleh 50 – 60 orang pemain. Penghasilan mereka sangat minim yaitu : Rp 1500 s/d 2500 per malam. Bila pertunjukan sepi, terpaksa mengambil uang kas untuk bisa makan di desa.

Sewaktu James L Peacok (1963-1964) mengadakan penelitian ludruk di Surabaya tercatat sebanyak 594 group. Menurut Depdikbud propinsi jatim, sesudah tahun 1980 meningkat menjadi 789 group (84/85), 771 group (85/86), 621 group (86/87) dan 525 (8788). Suwito HS, seniman ludruk asal Malang mengatakan tidak lebih dari 500 group karena banyak anggota group yang memiliki keanggotaan sampai lima group.

Hasil penelitian Suripan Sadi Hutomo, menurut kamus javanansch Nederduitssch Woordenboek karya Gencke dan T Roorda (1847), Ludruk artinya Grappermaker (badutan). Sumber lain menyatakan ludruk artinya penari wanita dan badhut artinya pelawak di dalam karya WJS Poerwadarminta, Bpe Sastra (1930). Sedangkan menurut S.Wojowasito (1984) bahwa kata badhut sudah dikenal oleh masyarakat jawa timur sejak tahun 760 masehi di masa kerajaan Kanyuruhan Malan dengan rajanya Gjayana, seorang seniman tari yang meninggalkan kenangan berupa candi Badhut.

Ludruk tidak terbentuk begitu saja, tetapi mengalami metamorfosa yang cukup panjang. Kita tidak punya data yang memadai untuk merekonstruksi waktu yang demikian lama, tetapi saudara hendricus Supriyanto mencoba menetapkan berdasarkan nara sumber yang masih hidup sampai tahun 1988, bahwa ludruk sebagai teater rakyat dimulai tahun 1907, oleh pak Santik dari desa Ceweng, Kecamatan Goda kabupaten Jombang.

Bermula dari kesenian ngamen yang berisi syair syair dan tabuhan sederhana, pak Santik berteman dengan pak Pono dan Pak Amir berkeliling dari desa ke desa. Pak Pono mengenakan pakaian wanita dan wajahnya dirias coret coretan agar tampak lucu. Dari sinilah penonton melahirkan kata “Wong Lorek”. Akibat variasi dalam bahasa maka kata lorek berubah menjad kata “Lerok”.

Periode Lerok Besud (1920 – 1930)
Kesenian yang berasal dari ngamen tersebut mendapat sambutan penonton. Dalam perkembangannya yang sering diundang untuk mengisi acara pesta pernikahan dan pesta rakyat yang lain.

Pertunjukkan selanjutnya ada perubahan terutama pada acara yang disuguhkan . Pada awal acara diadakan upacara persembahan. Persembahan itu berupa penghormatan ke empat arah angin atau empat kiblat, kemudian baru diadakan pertunjukkan. Pemain utama memakai topi merah Turki, tanpa atau memakai baju putih lengan panjang dan celana stelan warna hitam. Dari sini berkembalah akronim Mbekta maksud arinya membawa maksud, yang akhirnya mengubah sebutan lerok menjadi lerok besutan.

Periode Lerok dan Ludruk (1930-1945)
Periode lerok besut tumbuh subur pada 1920-1930, setelah masa itu banyak bermunculan ludruk di daerah jawa timur. Istilah ludruk sendiri lebih banyak ditentukan oleh masyarakat yang telah memecah istilah lerok. Nama lerok dan ludruk terus berdampingan sejak kemunculan sampai tahun 1955, selanjutnya masyarakat dan seniman pendukungnya cenderung memilih ludruk.

Sezaman dengan masa perjuangan dr Soetomo di bidang politik yang mendirikan Partai Indonesia raya, pada tahun 1933 cak Durasim mendirikan Ludruk Oraganizatie (LO). Ludruk inilah yang merintis pementasan ludruk berlakon dan amat terkenal keberaniannya dalam mengkritik pemerintahan baik Belanda maupun Jepang.

Ludruk pada masa ini berfungsi sebagai hiburan dan alat penerangan kepada rakyat, oleh pemain pemain ludruk digunakan untuk menyampaikan pesan pesan persiapan Kemerdekaan, dengan puncaknya peristiwa akibat kidungan Jula Juli yang menjadi legenda di seluruh grup Ludruk di Indonesia yaitu :” Bekupon Omahe Doro, Melok Nipon Soyo Sengsoro”, cak Durasim dan kawan kawan ditangkap dan dipenjara oleh Jepang.

Periode Ludruk Kemerdekaan (1945-1965)
Ludruk pada masa ini berfungsi sebagai hiburan dan alat penerangan kepada rakyat, untuk menyampaikan pesan pesan pembangunan. Pada masa in Ludruk yang terkenal adalah “Marhaen” milik “Partai Komunis Indonesia”. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika PKI saat itu dengan mudah mempengaruhi rakyat, dimana ludruk digunakan sebagai corong PKI untuk melakukan penggalangan masa untuk tujuan pembrontakan. Peristiwa madiun 1948 dan G-30 S 1965 merupakan puncak kemunafikan PKI.

Ludruk benar benar mendapatkan tempat di rakyat Jawa Timur. Ada dua grup ludruk yang sangat terkenal yaitu : Ludruk Marhaen dan Ludruk tresna Enggal.

Ludruk Marhaen pernah main di Istana negara sampai 16 kali , hal ini menunjukkan betapa dekatnya para seniman ludruk dengan para pengambil keputusan di negeri ini. Ludruk ini juga berkesempatan menghibur para pejuang untuk merebut kembali irian Jaya, TRIKORA II B yang memperoleh penghargaan dari panglima Mandala (Soeharto). Ludruk ini lebih condong “ke kiri”, sehingga ketika terjadi peristiwa G 30 S PKI Ludruk ini bubar.

Periode Ludruk Pasca G 30 S PKI ( 1965 – saat ini)
Peristiwa G30S PKI benar benar memperak perandakan grup grup Ludruk terutama yang berafiliasi kepada Lembaga Kebudayaan Rakyat milik PKI. Terjadi kevakuman antara 1965-1968. Sesudah itu muncullah kebijaksanaan baru menyangkut grup grup ludruk di Jawa Timur.

Peleburan ludruk dikoordinir oleh Angkatan Bersenjata dalam hal ini DAM VIII Brawijaya proses peleburan ini terjadi antara tahun 1968-1970.

  1. Eks-Ludruk marhaen di Surabaya dilebur menjadi ludruk Wijaya Kusuma unit I
  2. Eks-Ludruk Anogara Malang dilebur menjadi Ludruk Wijaya Kusuma Unit II
  3. Eks-Ludruk Uril A Malang dilebur menjadi Ludruk Wijaya Kusuma unit III, dibina Korem 083 Baladika Jaya Malang
  4. Eks-Ludruk Tresna Enggal Surabaya dilebur menjadi ludruk Wijaya Kusuma unit IV
  5. Eks-Ludruk kartika di Kediri dilebur menjadi Ludruk Kusuma unit V

Diberbagai daerah ludruk ludruk dibina oleh ABRI, sampai tahun 1975. Sesudah itu mereka kembali ke grup seniman ludruk yang independen hingga kini.

Dengan pengalaman pahit yang pernah dirasakan akibat kesenian ini, Ludruk lama tidak muncul kepermukaan sebagai sosok Kesenian yang menyeluruh. Pada masa ini ludruk benar benar menjadi alat hiburan. Sehingga generasi muda yang tidak mendalami sejarah akan mengenal ludruk sebagai grup sandiwara Lawak.

Setiap orang Jawa timur khususnya Surabaya, pasti mengenal Markeso, Kartolo dkk. Coba perhatian bagaimana mereka bermain Ludruk. Sampai saat ini hanya beberapa kalangan saja yang mengetahui “Binatang apakah ludruk itu ? “. Ibarat mobil, semua tergantung sopirnya, kalau sopirnya lurus ya lurus jalannya, tapi kalau sopirnyamenyeleweng , ngantuk dsb , kita dapat melihat dan menduga keadaaan yang akan terjadi.

LOEDROEK Institut Teknologi Bandung

Usaha usaha pendirian Organisasi
Pertemuan tiga kelompok diatas membagi kerja kerja usahanya berdirinya unit kesenian tersebut. Dengan bantuan Bapak Sidharta (koordinator kesenian ITB), Bapak Imam Buchoro (FSRD) dan didukung oleh bapak Hariadi Supangkat (rektor ITB) maka berdirilah unit Paguyuban Seni Budaya Jawa Timur (GSJ).

Pendirian didasari oleh keinginan ITB memiliki unit kesenian dari seluruh propinsi di Indonesia, yaitu ikut melestarikan budaya bangsa dan mengadakan studi tentang pelestariannya. Kesenian Jawa memang dapat dibagi menjadi Tiga unit yaitu Barat , tengah dan timur. Tepat tanggal 7 Oktoberk 1983 resmilah Loedroek ITB menjadi unit kegiatan di ITB.

Masa masa sosialisasi di ITB
Seperti umumnya perguruan tinggi, budaya penggunaan akal dan pikiran di dalam memandang segala permasalahan menjadi makanan sehari hari di ITB. Ludruk yang memiliki kesan grup lawak kampung memiliki kendala dalam mensosialisasikan.

Berdasarkan pengalaman “Ngamen” di ITB dan musyawarah , akhirnya dicapai kata sepakat, bahwa ludruk adalah “barang dagangan”. Dengan bekal nekad dan berstrategiakhirnya ludruk dapat diterima di ITB sebagai penghibur yang dapat mewakili “kekecewaan mahasiswa yang tak dapat menyalurkan aspirasinya dengan bahasa resmi”.

Kunci sukses diterimanya ludruk ITB , adalah perubahan bahasa pengantar dari bahasa jawa timuran menjadi bahasa Indonesia.

Dengan modal alam sebagai pelawak yang dipadu dengan pelawak “profesional ludruk” dan pengetahuan tentang persepsi teknologi akhirnya tanpa disadari setipa kata kata atau anekdot yang dilempar ludruk dalam satu pertunjukan menjad bahan renungan di ITB.

Akibatnya sangatlah sadar kita “memiliki musuh”, yaitu yang merasa dirugikan oleh aktivitas kita. Tidak jarang ketua loedroek ITB dimintai keterangan tentang aksi aksi panggungnya baik oleh mahasiswa , dosen, rektorat dan pihak berwajib. Puncaknya adalah seorang anggota ludruk terpaksa harus nginap di “jl Sumatra” (Kodam Siliwangi).

Situasi tersebut mendorong beberapa orang pendiri unit meneliti lebih jauh tentang kebudayaan yang kaitannya dengan kesenian ini. Kelompok Cisitu, kelompok Sekeloa, kelompokTubagus Ismail, kelompok caladi adalah sebagian dari kelompok kelompok yang ada di loedroek ITB.

Loedroek ITB , bukan sekedar kesenian
Setelah mengalami hal hal diatas, bukannya membuat para pemain takut justru menantang untuk mendalaminya, APA SEBENARNYA KESENIAN LOEDROEK ?

Nirwan Dewanto , Hadi Sujiwo Tejo , Fattah dkk mulai menggali dari berbagai literatur tentang loedroek tersebut. Hasilnya kita menyadari bahwakita sedang mengendari alat komunikasi yang pernah membuat sejarah “lahir dan rusuhnya” negeri ini khususnya Jawa Timur.

Untuk menguji hasil “belajar “ tersebut, kita membuat pertunjukkan dan diskusi ludruk di kota asal ludruk yaitu Surabaya, dengan kerjasama kanwil Depdikbud (diknas) Jwa Timur dan Universitas Airlangga (Unair). Diskusi tersebut dihadiri oleh para seniman dan cendekiawan Surabaya.

Hasilnya sungguh diluar dugaan , kita sangat terharu ketika beberapa seniman di Surabaya mengatakan :”Kalau seperti itu kajiannya, kita harus belajar Ludruk di ITB !”.

KONSEP LABOLATORIUM SUMBER DAYA MANUSIA
Sesuai dengan AD/ART organisasi, maka ludruk dalam perjalannya selalu melakukan pembaruan pembaruan mulai dibidang : sistem penerimaan anggota baru, pola pola publikasi, pola pola permainan ludruk , hubungan antar organisasi di ITB, pemikiran pemikiran kreatif dsb, termasuk pemikiran kemungkinan ludruk menjadi labolatorium pengembangan SDM.

Labolatorium sebagai tempat percobaan

Sebagai layaknya sebuah labolatorium yaitu harus memenuhi syarat sebagai berikut :

  1. ada yang diuji , setiap anggota ludruk adalah bahan yang akan diuji
  2. ada alat pengujinya, organisasi ludruk adalah peralatan labolatoriumnya
  3. ada ukuran keberhasilannya, sikap dan mental anggota ludruk adalah ukuran keberhasilannya.

Dipicu oleh jiwa jiwa penelitian dan teknologi, beberapa rekan loedroek merasa yakin bahwa untuk memajukan bangsa ini harus dimulai dengan perubahan budaya masyarakatnya. Keberhasilan bidang teknologi produksi ditunjang oleh labolatorium yang memiliki model model atau “kelinci kelinci” untuk percobaan.

Bagaimana dengan bidang sosial ? siapa mau menjadi kelinci percobaan ? tentu saja tidak ada yang mau menjadi kelinci percobaan. Oleh sebab itu diperlukan dunia virtual untuk melakukan percobaan.

Memahamii proses yang dibutuhkan untuk bermain ludruk, membutuhkan pengamatan yang setiap saat untuk mengikuti perkembangan sosial di masyarakat, maka beberapa orang anggota ludruk sangat tertarik mencari manfaat bermain ludruk. Bahkan beberapa alumni total terjun ke dalam bidang kebudayaan (Nirwan Dewanto dan H Sujiwo Tejo).

Meskipun, para anggota ludruk lulus sebagai insinyur dan bekerja dibidang profesinya masing masing , PR (pekerjaan rumah) yang pernah hinggap di pikiran beberapa anggota tidak lenyap. Benturan benturan yang bersifat teknis-sosiologis, membuat para mantan pemain ludruk menyadari , betapa pentingnya memahami seandainya aku menjadi orang lain.

Menjadi orang lain hanya bisa dilakukan dengan bermain sandiwara. Sandiwara yang baik membutuhkan penghayatan peran yang mendekati karakter yang diperankan , sehingga memahami bahwa tidak mudah menjadi orang lain. Akhirnya sangat menyadari bahwa mengetahui diri sendiri dan memainkan diri sendiri dengan baik adalah tujuan utama seorang manusia. Tetapi pernah menjadi orang lain terutama yang kontroversial dengan watak asli tidak dapat diajarkan , tetapi harus dialami sendiri (di lewati) . Bermain ludruk merupakan sarana untuk itu.

Struktur Kesenian Ludruk
Sebuah unit kegiatan di sebuah instusi pendidikan sebaiknya tetap mempunyai unsur edukatif yang bersifat menunjang dari kegiatan pokok (kuliah) yang digeluti sehari hari.

Berpikir untuk memahami fenomena sehingga mengetahui elemen elemen pembentuk struktur serta mengetahui kelakuannya meruoakan dasar dari sebuah penelitian dalam ilmu pengetahuan. Pengetahuan tentang kelakuan dari sebuah struktur berguna untuk melahirkan teknologi baru yang diharapkan dapat diambil manfaat serta lebih baik dari yang telah ada.

Struktur pertunjukan ludruk adlah sebuah bentuk kesenian gabungan yang terdiri dari beberapa unsur antara lain : gamelan , sandiwara, tari tarian dan nyanyian. Pada jaman revolusi ludruk bukan hanya berfungsi sebagai sarana hiburan saja melainkan juga sarana komunikasi antara pejuang bawah tanah dengan rakyat yang menyaksikannya. Pakem pakem yang terbentuk dalam aktivirtas ludruk menyimpulkan keadaan tersebut :

  1. tarian Ngeromo menyimpulkan ejekan terhadap pria yang tidak ikut berjuang, pakaian dan dandanan perempuan tetapi dimainkan oleh laki laki.
  2. weloed (wedo’ane loedroek) membawakan lagu lagu pembuka yang akan memberikan gambaran tentang situasi yang seharusnya dicita citakan dalam kehidupan dimainkan oleh banci banci.
  3. Ngidung membawakan syair syair yang intinya melambangkan apa yang seharusnya diperjuangkan oleh rakyat dalam situasi dan kondisi yang ada saat ini. Ada empat alur yaitu :
    • a. Guyonan untuk mengesankan bahwa syair ini tidak serius
    • b. Serius, dimana menceritakan misi dan cerita sandiwara yang akan dibawakan
    • c. Guyonan yang sangat lucu, untuk menghapus kesan serius sebelumnya
    • d. Penutup dengan kesan permintaan maaf apabila ada pihak pihak yang tersinggung dengan apa yang telah dibawakan..
  4. sandiwara, yang merupakan sebuah drama yang menyimbulkan keadaan yang terjadi pada saat ini.

Untuk memenuhi keempat pakem tersebut dibutuhkan sebuah proes. Proses tersebut adalah berbagai persiapan persiapan yang menunjang pertunjukkan tersebut, Mulai dari urusan perijinan , sewa peralatan , pencarian dana, promosi, keamanan dsb.

Yang terpenting adalah mengetahui proses pola berpikir para pemain ludruk pada saat akan ,mengadakan pertunjukan dan syarat psikologis yang harus dipegang.

Proses Pemain Loedroek ITB (pola pikir dan psikologis)

Psikologi
Sejak awal pemain ludruk mengikat kontak kepada syarat menjadi anggota yang harus dipahami sebagai dasar dalam berorganisasi . Syarat moral merupakan suatu yang tidak dapat ditawar lagi , mengingat pemain ludruk akan banyak menyampaikan pesan moral. Untuk itu tercipta janji Loedroek ITB yang merupakan janji sebagai anggota serta alumni .

Pola Pikir
Pola pikir pemain ludruk umumnya mengikuti azas 4 dasar yang merupakan hukum alam di bidang sosial dan 5 (lima ) proses berpikir untuk bermain Ludruk.

Keempat dasar tersebut terkenal dengan nama : Arts, Policy , Social Control and defense (APSD). Dunia ini dipercayai memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya, bahkan sangat berkaitan dengan Tuhan.